9 Bangunan Bersejarah (yang Masih Bertahan) di Kota Medan
Ada
beberapa bangunan bersejarah di Medan yang sampai kini masih ada dan
utuh. Kami akan mengambil 10 bangunan dari beberapa yang ada di Medan,
yaitu; Gedung Lonsum, Kantor Pos, Masjid Raya, Tjong A Fie Mansion,
Istana Maimun, Bank Indonesia, Vihara Gunung Timur, Menara Tirtanadi,
Kuil Shri Mariamman, dan Gereja Katedral (Santa Maria). Jika kamu adalah
anak Medan, pastinya tahu dong bangunan bangunan tersebut. Ayo kita
ulas sejarah mereka satu per satu.
1. Gedung London Sumatra (Lonsum)
Setelah
Indonesia merdeka kepemilikan Harrisons & Crossfield Plc akhirnya
dinasionalisasi dan berubah menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia (Lonsum).
Perubahan kepemilikan tersebut tidak berpengaruh pada perubahan fisik maupun
fungsi dari Gedung London Medan. Hingga kini, Gedung London Medan masih
digunakan sebagai pusat dari Lonsum. Oleh karena itu Badan Warisan Sumatra
(BWS) menggolongkan Gedung London Medan tersebut sebagai benda cagar budaya.
Letak
Gedung London Medan yang berada di kawasan pusat kota, memudahkan akses bagi
wisatawan yang ingin menelusuri berbagai wisata di pusat kota. Di sekitar
Gedung London Medan juga terdapat beberapa bangunan tua peninggalan Belanda
dengan gaya arsitekstur transisi, seperti Kantor Pos Medan, Gedung Jakarta
Lloyd yang pada saat didirikan adalah kantor perusahaan pelayaran The
Netherlands Shipping Company, dua buah bank swasta yang dulu merupakan gedung
dari The Netherlands Trading Campany atau Nederlandsche Handel
Maatschappij dan sempat menjadi Kantor Rotterdam`s Lloyd. Selain itu ada pula
gedung Bank Indoensia yang dulu merupakan kantor Javasche Bank. Di samping itu
di kawasan Gedung London Medan ini juga terdapat sebuah hotel peninggalan zaman
kolonial.
2. Kantor Pos
Kantor Pos & Giro ini letaknya di Jalan Balai Kota Medan tepatnya menghadap ke Lapangan Merdeka Medan (dulunya disebut esplanade) yang merupakan bangunan sejarah peninggalan zaman kolonial Belanda. Lokasi ini juga disebut sebagai "Titik Nol" Kota Medan. Yang artinya dari sinilah diukur jarak kilometer Pusat kota Medan ke seluruh lokasi Kota Medan dan Kota lain disekitarnya. Bangunan ini dibangun pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Snuyf yang dulu merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia pada masa Pemerintahan Belanda. Bangunan ini memiliki nilai sejarah, nilai estetis, nilai sosial, nilai fungsional, dan juga nilai struktural yang tinggi. Itu sebabnya bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Medan dalam bentuk PERDA.
3. Mesjid Raya Al-Mashun
Mesjid Al -Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya hampir 100 tahun atau seabad, namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut, bahkan menjadi salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera maupun di Malaysia.
Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909).
Masjid Raya Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik tidak seperti bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat. Masjid ini, dirancang berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi utama - di depan, belakang, dan samping kiri kanan, yang sekaligus menjadi pintu utama masuk ke masjid.
Selain itu, mimbar, keempat pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu jenis merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh. Belum lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap sudut bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius yang teramat dalam bagi tiap orang yang memasukinya.
4. Tjong A Fie Mansion
Tjong A Fie merupakan sejarah yang tak bisa dipisahkan dari Kota Medan. Tokoh multikulturisme yang banyak berjasa membangun Medan. Tjong A Fie dilahirkan di Provinsi Guandong, Kabupaten Maizen, di Desa Sukaou, Tiongkok, pada 1860 lalu. Dia datang ke Medan dari Meixian, Guandong, pada 1875. Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya Tiongkok kuno yang dibangun pada tahun 1900, lokasinya terletak dijalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalah jutawan pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang walaupun ia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat ini rumah tersebut masih ditempati keluarga Tjong A Fie.
Di
tanah Deli, Tjong A Fie menjalin hubungan baik dengan Sultan Deli, Makmoen
Al Rasjid Perkasa Alamsyah dan Tuanku Raja Muda sehingga membuka jalan baginya untuk menjalankan usaha. Sultan
memberinya konsesi penyediaan atap daun nipah untuk keperluan perkebunan
tembakau untuk pembuatan bangsal.
Tjong
A Fie dikenal menjadi orang Tionghoa pertama yang memiliki perkebunan yang sangat luas. Ia
mengembangkan usaha perkebunan tembakau di Deli, teh di daerah Bandar
Baru, dan Si Bulan, serta perkebunan kelapa di Sumatera
Barat, ia menanamkan modalnya di bidang
pertambangan di Sawah Lunto, Bukit Tinggi.Perkebunan yang dimilikinya mempekerjakan lebih dari 10.000 orang
tenaga kerja dan luas kebunnya mengalahkan luas perkebunan milik Deli Matschapaij yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys. Bahkan, ketika itu pemerintah Belanda memberikan 17 kebun
kepadanya untuk dikelola.
5. Istana Maimun
5. Istana Maimun
Istana Maimun berada di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah dari tahun 1873-1924. Dahulu, Istana Maimun tidak hanya menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Deli, namun juga sebagai pusat adat dan budaya Melayu, tempat bermusyawarah antar masyarakat dan pusat dakwah Islam.
Istana Maimun berarsitektur Melayu, dan bercorak Eropa. Ia menjadi simbol kemajuan dan kemakmuran ekonomi, dan pluralisme budaya pada masa pemerintahan Kesultanan Deli. Istana Maimun bukanlah satu-satunya istana di lingkungan Kesultanan Deli, namun keberadaan istana-istana yang lain sudah tidak terlihat lagi. Di halaman Istana Maimun terdapat Meriam Puntung yang merupakan bagian dari Legenda Istana Maimun.
6. Bank Indonesia
Bank Indonesia Medan ini merupakan bangun peninggalan pemerintahan Belanda yang kalah ketika peperangan. Dalam sejarahnya bangunan itu didirikan pada tahun 1906 yang mana pembangunannya ditangani oleh perusahaan arsitek asal Belanda tapi berkantor di Jakarta (saat itu namanya masih Batavia). Arsitek yang merancang bangunan unik ini adalah Hulswit, Fermost dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu satu tahun. Tepat di tahun 1907 bangunan yang digunakan sebagai pusat perbankan Belanda dengan nama De Javasche Bank Medan ini resmi dioperasikan yang mana pada awal berdirinya dipimpin oleh L. Vonhemert. Semenjak berdirinya sampai kekalahan Belanda, bangunan itu berfungsi sebagai pusat Bank Belanda.
Nama Bank Indonesia Medan diresmikan ketika kemerdekaan Indonesia sudah diraih dengan susah payah. Tepat 6 tahun setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1951, seluruh bangunan peninggalan Belanda di nasionalisasikan oleh bapak presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno. Seluruh aset peninggalan Belanda diambil alih dan dijadikan milik negara. Termasuk dengan bangunan gedung Bank Belanda yang ada di seluruh tanah air, salah satunya bangunan bank Belanda di Medan ini. Maka tak heran jika cabang Bank Indonesia di berbagai wilayah Indonesia memiliki bangunan yang cukup unik. Ternyata bangunan itu merupakan peninggalan pemerintah Belanda dan masih kokoh sampai sekarang.
Bank Indonesia Medan yang beralamatkan di Jl. Balai Kota No. 04, Medan ini sampai sekarang masih kokoh berdiri dan terawat dengan baik. Perbaikan besar pernah terjadi pada tahun 2000 di mana pada saat itu kubah yang pada tahun 1956 dihilangkan kembali dipasang. Sayangnya jam besar asli Belanda yang ada di dalamnya hilang entah ke mana. Jam besar itu kini diubah menjadi logo Bank Indonesia yang lumayan besar.
7. Vihara Gunung Timur
Vihara Gunung Timur adalah kelenteng Tionghoa (Taoisme) yang terbesar dan tertua di Kota Medan, Indonesia dan mungkin juga di pulau Sumatra. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1930-an. Vihara Gunung Timur ini terletak di Jalan Hang Tuah, sekitar 500 meter dari Kuil Sri Mariamman dan berada di sisi Sungai Babura Medan. Umumnya umat Budha bersembahyang ke vihara ini setiap hari. Vihara ini juga untuk acara ritual lainnya dalam Agama Budha seperti memperingati hari Ulang Tahun SIDHARTA GAUTAMA, Perayaan Imlek dan sebagainya.
8. Menara Tirtanadi
Menara Air Tirtanadi merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Menara air ini dulunya milik pemerintahan kolonial Belanda yang bernama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berdiri pada tahun 1905. Menara Air ini selesai dibangun pada tahun 1908 dan sekarang sudah menjadi milik PDAM Tirtanadi. Fungsinya untuk mensuplai kebutuhan air bersih para penduduk yang sampai sekarang masih tetap digunakan. Selain itu, Menara Air ini dulunya berfungsi juga sebagai Landmark kota Medan.
Satu lagi ciri khas kota Medan adalah bangunan menara air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Ketika anda akan memasuki kota ini dari arah selatan melalui jalan Sisingamangaraja, anda akan disambut dengan pemandangan puncak menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak jaman Kolonial Belanda sampai sekarang.
9. Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 (ada pula yang menyebut 1881)untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Keling. Kuil yang menstanakan lima dewa, masing-masing Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman itu dikelola salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan atau semacam gapura.
Komentar